Akhir-akhir ini emosi dan pola pikirku semakin labil, tak ada yang bisa diandalkan dari semua yang sedang aku lakukan. Pikiranku kacau, semuanya terasa hampa dan tidak ada yang berarti. Sekelilingku terasa menghantui penuh dengan rasa kegagalan dalam hidup ini.
Terkadang, aku bertingkah seolah tidak ada lagi yang bisa aku lakukan dan berarti dalam menempuh arah hidup ini. Keluarga, teman, dan pacar sendiri terasa hanya menjadi sebuah beban dan tidak ada yang bisa memberikan sebuah dorongan yang bisa membantu dalam mengubah menjadi lebih baik.
Tanpa disadari, beberapa waktu terakhir, perasaan yang sedang akcau balu itu tertuang dan bisa diketahui orang. Status di BBM (BlackBerry Messanger). Segala sesuatu tergambar melalui tulisan di status tersebut. Sampai-sampai orang tahu sesungguhnya apa yang ada dalam pikiran dan yang sedang aku rasakan.
Malam kemarin saya mendapat pelajaran yang sangat berharga, saat seorang teman mengatakan hal itu. "Kamu kulihat beberapa hari terakhir ababil, ABG Labil, sangat" ujarnya. Aku juga menyadarinya dalam sekejab. Meski beberapa waktu terakhir aku tidak menyadari apa yang kulakukan dibaca dan dimengerti orang-orang yang ada di dalam kehidupan aku.
Hmm, aku kadang hanya bisa menghela nafas. Tidak ada yang bisa aku katakana. Ingin teriak sekeras-kerasnya, tapi tak tahu harus teriak dimana. Ingin lari dari ini semua, namun tak aku tahu kemana aku harus lari dan mengejar perubahan yang lebih b aik dan lebih berarti bagi diriku dan sekelilingku. Semua buntu. L
Usiaku sudah lagi tidak muda, tidak ada waktu dan ruang lagi rasanya jika harus mengeluh kepada orangtua atau siapapun. Mengucapkan sepatah doa pun aku tidak sanggup kepada Tuhan yang kuasa saat-saat seperti ini. Aku lemah, aku gagal. Itu yang selalu terpikir olehku.
Apakah mungkin aku akan bertahan dengan kondisi seperti ini, juga tidak tahu. Meski katanya, dengan menyemangati diri sendiri jauh lebih berharga disbanding harus menunggu sebuah hasil kerja untuk membangkitkan semangat. Yah, semua seperti hantu yang merenggut kesuksesan masa depan dari hadapanku.
Dulu, banyak yang datang menawarkan kesuksesan itu, namun saat itu aku bingung harus memilih yang mana. Sampai aku terjun dan masuk dalam dunia sekarang ini. Menyesal? Ya, sungguh! Hanya saja, meski aku katakana aku menyesal, aku harus jalani apa yang sudah aku lakukan dan sedang berlangsung saat ini.
Syukur-syukur bisa membawa secuil kebaikan saat aku bangun dari tidur ku esok hari. Aku yakijn itu, semua akan memberikan kebaikan dan memberikan pengharapan agar bisa menraih sebuah keseimbangan dalam kehidupan ini. Meski harus berjuang sampai meneteskan keringat yang terakhir untuk meraihnya.
Sebab, tiada beban yang diberikan kepadaku melebihi kekuatan yang ada padaku dariNYA. Hanya dengan kekuatan dan keyakinan akan ada sebuah perubahan dalam setiap melangkahkan kaki. Dengan terlebih dahulu tumit kaki menyentuh bumi.
Aku merasakan keindahan saat aku bisa merasakan saat-saat sibuk dan memberikan sedikit senyum dalam raut wajahku yang sudah porak poranda ini. Semuanya terasa akan semakin indah saat ada yang datang menghiasi setiap seluk beluk kehidupan yang ada dalam pribadiku. Apakah itu sahabat, teman, kekasih, atau hanya sekedar halunisasi.
Aku merindukan saat-saat bisa saling memberikan waktu untuk saling berbagi cerita yang bisa memberikan aku sedikit cahaya. Dimana aku ingin sesekali bersandar dan tertidur dipangkuan orang yang benar-benar mengasihi ku selama ini. Apakah dia yang belum aku temukan, atau yang sudah ada saat ini dalam lekuk pikiran dan rasaku?
Mungkin saja! Tapi aku yakin, saat ini dialah yang memberikan kenyamanan dan juga keraguan dalam kehidupan ini. Aku juga yakin, ditengah keraguan ku dia akan meyakinkanku untuk tetap kuat dan optimis dalam menggapai itu semua.
Hanya saja, aku taku jika kondisi seperti ini terus berlangsung. Dimana aku akan tetap merasa bisa sendiri tanpa siapa pun yang secara pribadi mencampuri kehidupanku. Aku bisa kog, sendiri. Semua bisa aku lakukan, tanpa bantuan siapapun.
Aku sangat berharap, ada seseorang yang mampu mengubah pola pikirku yang satu ini. Aku takut, egoisku akan mengalahkan segalanya. Sehingga, tidak seorang pun akan mampu duduk dan tersenyum bersamaku. Aku akan lebih bahagia bila dibiarkan sendiri dan melakukan apa pun yang aku bisa. Aku takut ini akan terjadi.
Saat aku berharap akan mendengarkan kebahagiaan darimu, itu sulit aku dapatkan. Dimana, semua yang aku harapkan sampai saat ini masih mengambang akibat kamu begitu. Semua terasa hambar untuk diperjuangkan. Sebab, yang hendak diperjuangkan pun nampaknya tidak ingin diperjuangkan. Entah bagaimana caranya menjelaskan itu semuanya.
Aku tak sanggup juga harus menjelaskan satu persatu, dengan menggunakan bibir ini. Jika harus begitu, apa bedanya kamu dengan robot yang aku ciptakan dengan yang aku mau. Patuh dan mengerti setelah semuanya deprogram? Atau memang harus begitukah? Sebab, kalau tidak dijelaskan satu persatu, kamu tidak akan mengerti bahkan saat sudah dikatakan juga merasa tidak bersalah atau tidak meras penting untuk melakukan perubahan dalam hidup ini.
Saking beratnya kurasa, semuanya tak terasa berjatuhan. Air mata jatuh saat aku sendiri memikirkan hal-hal yang sudah terjadi. Apa mungkin aku harus pergi jauh dan mencoba dengan hidup sendiri saja. Biar semua bisa berubah dan memberikan arti kehidupan itu yang sesungguhnya?
Tak semuanya harus aku katakan aku rasa. Termasuk aku harus menjaga harga diri dan juga kredibilitasku sebagai seorang pribadi yang ingin mendapat tempat duduk di bagian dihargai. Bukan maksud untuk menentang apa yang kamu inginkan. Hanya saja, aku berharap seorang gadis yang mejadi pendamping hidupku adalah dia yang menjadi h=kehormatan bagiku. Bukan yang justru menginjak-injak kehormatan ku sebagai seorang lelaki.
Kau juga ingin, seorang wanita yang akan menghabiskan sisa hidupnya bersamaku betul melakukan itu. Memandang aku sebagai seorang yang layak dia hormati dan disayangi, bukan untuk menuruti apa yang dia mau dan yang diinginkan keluarganya. Aku ingin memulai keluarga yang baru, bukan untuk menjadi cangkokan dari keluarga yang sudah ada.
Harus ada yang baru dengan membangun kehormatan bersama. Bukan dengan memaksakan kehendak seorang eprempuan bagi kehidupan seorang laki-laki. Ya, memang harus saling mengalah. Tapi, apakah bukan laki-laki menjadi kehormatan dalam sebuah rumah tangga yang kita tahu? Yang aku tahu, ya harus eperti itu. Jika tidak, akan berbeda tujuan dari keluarga Kristen yang aku pahami selama ini.
Termasuk permintaan seorang perempuan agar seorang pria mengikuti keyakinannya. Atau dalam hal ini mengikuti gereja si perempuan, dengan melupakan kehormatan keluarga itu adalah ketika seorang laki-laki bisa menunjukan kredibilitasnya dalam menjalankan rumah tangga. Jika selalu dipaksakan untuk mengikut apa maunya perempuan, maka silaki-laki akan kehilangan keseimbangan hidupnya.
Termasuk aku sendiri saat diminta harus pindah gereja, tentu aku tidak akan mau. Bukan masalah egois atau tidak. Hanya saja tetap kembali kepada bagaimana seorang laki-laki bisa dihargai karena seorang perempuan telah hadir dalam kehidupannya.
Terkadang aku jadi bersikap labil karena tidak tahu harus berkata apa. Semua terasa berat, aku tidak ingin kehilangan yang aku sayang. Aku akan perjuangkan, selama dia mau diperjuangkan. Dengan kata lain, tentu seorang laki-laki akan mencari jatidirinya, dimana dia mendapat penghargaan dan bisa memberikan penghromatan atas kehidupan, disana lah dia akan menanam cinta dan hidupnya.
Mungkin, aku juga tidak akan bisa sampaikan seluruh isi pikiran ku dalan bentuk perkataan. Hanya saja, melalui tulisan ini aku berharap akan bisa aku jelaskan satu persatu.###