"Banyak sekali pengaduan masyarakat. Mohon agar rekayasa teknologi tidak menjadi lahan empuk operator mengeruk keuntungan," kata Tunggul pada rapat dengar pendapat dengan operator Telkom, Telkomsel, XL dan Indosat di Gedung DPRD Sumatera Utara jl Imam Bonjol, Selasa (22/2).
Tunggul mencontohkan salah satu rekayasa teknologi itu dengan nada sambung pribadi (NSP) yang masuk begitu saja atau tanpa diminta. Dia sendiri mengaku termasuk korbannya. Ada sampai tiga kali teraplikasi NSP berlatar agama tertentu, padahal dirinya sama sekali tidak memintanya.
"Artinya ada kejahatan ekonomi di sana. Bayangkan bila hal itu dialami setengah saja dari 10 juta pelanggan, berapa keuntungan operator. Demikian juga kejahatan sosial budaya, bisa-bisa pelanggan terpancing menjelek-jelekkan suatu agama tertentu," katanya.
Hal senada juga disampaikan anggota Komisi D, Jamaluddin Hasibuan. Dia mengatakan, banyak program promosi yang "mencuri" uang pelanggan. Program itu ketika di registrasi (daftar) sangat mudah, namun untuk unreg (keluar dari daftar) sangat payah, sehingga puluhan ribu bahkan ratusan ribu uang pelanggan terbuang hanya untuk bayar program itu.
"Tolong agar jangan sembarangan menawarkan program promosi, karena banyak diantaranya yang tidak penting untuk diaktifkan. Semisal anak-anak, banyak terperangkap disana. Pada akhirnya, uang keluar sia-sia," kata Jamaluddin. Dengan tidak merekayasa teknologi saja, lanjut Sekretaris Fraksi Partai Demokrat ini, sebenarnya sudah banyak untung operator.
Lebih lanjut Tunggul menyebutkan, kualitas pelayanan operator yang ada saat ini, masih jauh dari harapan masyarakat. Kualitas pelayanan sangat tidak sebanding dengan untung yang dipetik operator. Ke depan, harapnya, diminta agar ada apresiasi operator terhadap keuntungan dari pelanggan.
Budiman Nadapdap menyebutkan, semestinya ada kontribusi nyata terkait apa yang bisa diberikan operator terhadap pembangunan Sumut. Dia menyebutkan, semestinya tidak cukup hanya dengan besaran nilai CSR yang dibagikan selama ini, tetapi juga lebih meningkatkannya ke depan.
Menanggapi hal tersebut, operator telekomunikasi berpendapat sudah memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggan. Soal rekayasa teknologi, akan menjadi perhatian operator apakah terjadi dari internal operator sendiri atau hanya ulah para pelaku teknologi komunikasi.
GM Network Operation Telkomsel Regional Sumbagut, Mulki Fuqon mengatakan, sejauh ini pelayanan terbaik menjadi perhatian utama bagi 10 juta pelanggan di Sumbagut. Pihaknya menyiapkan 3.945 BTS di wilayah Sumut dan NAD dan menjangkau 3.020 desa melalui universal service obligation (USO).
Dia mengatakan, ke depan akan dilakukan peningkatan kualitas pelanggan melalui pembenahan sarana infrastruktur telekomunikasi yang dimilikinya. "Sejauh ini kita memberi kontribusi pembangunan Sumut, baik melalui CSR di sekolah, rumah ibadah, lingkungan dan lainnya," kata Mulki.
Hal senada juga disampaikan GM Franky Rinaldo Pakpahan, salah seorang GM PT XL Axiata Sumut. Dia menyebutkan, kualitas jaringan yang baik, didukung oleh 1.600 BTS di Sumut. Tarif harga ditawarkan kompetitif, sementara kompensasi atas keuntungan yang diperoleh dri 2,8 juta pelanggan Sumut, disalurkan lewat beragam program CSR.
Demikian juga dari PT Indosat. GM Regional Sumbagut melalui Manager HRD Darmanto mengatakan, pelayanan pelanggan diperkuat dengan 443 BTS. CSR dibagikan lewat program peduli pendidikan, kesehatan dan lingkungan, peduli olah raga dan peduli keagamaan.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar