Pusat Informasi Danau Toba Akan Dibangun
MEDAN, Pemerintah Provinsi (Pemprov)Sumatera Utara (Sumut) sedang merencanakan pembangunan pusat informasi tentang Danau Toba. Pusat informasi ini nantinya akan menyajikan potensi dan sejarah terjadinya Danau Toba secara lengkap. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut Naruddin Dalimunthe, ide awal pembangunan pusat informasi Danau Toba ini datang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat meresmikan Museum Batak di Balige, Kabupaten Toba Samosir beberapa waktu lalu.
Pada kesempatan itu, tutur Naruddin, Presiden meminta Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bersama Pemprov Sumut untuk mempersiapkan pembangunan ini. “Nanti digambarkan bagaimana potensi Danau Toba dan sejarahnya. Ini menjadi pekerjaan rumah kami. Kami sedang mencari-cari lahan,” kata Naruddin saat rapat kerja dengan Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumut di Gedung DPRD Sumut di Jalan Imam Bonjol Medan, Rabu (2/2).
Selain menjadi tempat wisata, latar belakang pembangun pusat informasi Danau Toba ini juga untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat dan wisatawan tentang proses terjadinya danau terbesar di Asia Tenggara ini. Rencananya, pusat informasi Danau Toba ini akan dilengkapi video dokumenter tentang terbentuknya danau vulkanik ini.
Segala potensi sumber daya alam yang terkandung di Danau Toba maupun daratan di sekitarnya juga akan dipamerkan. “Jadi perlu ada ruang audio visual tentang terjadinya Danau Toba. Ini bisa menjadi tontonan. Jadi tidak hanya sekedar cerita-cerita,” kata Naruddin.
Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan panjang 100 kilomerter dan lebar 30 kilometer. Di tengah danau ini terdapat Pulau Samosir yang berdasarkan penelitian sejumlah ahli, terbentuk akibat aktivitas vulkanik yang luar biasa besar sekitar 73.000-75.000 tahun lalu.
Dalam rapat yang dipimpin Sekretaris Komisi B Syahrial Harahap, sejumlah anggota DPRD Sumut menyoroti buruknya pengelolaan potensi pariwisata di Sumut, terutama Danau Toba.
Anggota Komisi B DPRD Sumut Tohonan Silalahi menyayangkan pemerintah yang hingga kini belum juga bisa kembali mengangkat kejayaan pariwisata Danau Toba. Akibat tidak adanya perhatian pemerintah, banyak masyarakat Danau Toba yang menjadi pelaku pariwisata di Bali.
”Anak pantai di Bali banyak orang dari Samosir. Mereka mengaku sudah tidak makan di sana karena tidak turis,” ujar Tohonan. Tohonan berharap, Naruddin yang baru kurang lebih sebulan menjabat sebagai Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bisa membuat inovasi untuk mengangkat kembali pariwisata Danau Toba.
Naruddin berpendapat, pengembangan pariiwsata di Sumut harus didukung sejumlah sektor di pemerintahan. Kalau tidak, sebesar apapun potensi Danau Toba akan sulit dijual dan dinikmati wisatawan. Dia mengibaratkan, pada akhirnya, Danau Toba hanya seperti bunga atau yang buah bagus di tengah hutan.
Karena tidak ada jalan untuk memetiknya, maka tidak akan bernilai ekonomis. ”Tanpa didukung infrastruktur saya tidak bisa bayangkan bagaimana pariwisata kita ke depan. Seperti ke Parapat harus membutuhkan waktu lima hingga enam jam dari Medan,” kata Naruddin.
Oleh karena itu, dia menegaskan, koordinasi dengan sejumlah pihak yang terkait dengan pariwisata harus terus ditingkatkan. Selain itu, pemerintah kabupaten/kota juga harus berkoordinasi dengan Pemprov Sumut dalam pengembangan pariwisata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar