TARUTUNG, Program pemerintah untuk meningkatkan tingkat pendidikan nampaknya hanya formalitas saja. Buktinya, SMP N6 Satu Atap Ranggitgit Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput) satu tahun ajaran hanya dididik tiga orang guru.
Parahnya lagi, guru yang mengajar siswa tingkat SMP tersebut bukanlah guru-guru yang telah berpengalaman. Sehingga, orang tua siswa yang telah menyekolahkan anaknya di sekolah yang dioperasikan sejak tahun ajaran 2011/2012 itu kecewa. Dimana, sampai siswa memasuki tahun ajaran baru tak kunjung ada penambahan guru.
"Bagaimanalah anak-anak ini bisa menyamai pendidikan anak di sekolah lain, jika tenaga pengajar saja sudah kurang," kata A Manalu saat dihubungi via seluler dari Pematangsiantar, Jumat (13/7). Para orangtua kahwatir dengan mutu pendidikan yang akan diterima para anaknya.
Mengingat jumlah mata pelajaran yang ada di tingkat pendidikan SMP, tidak sepantasnya guru yang dipekerjakan hanya tiga orang. Dan saat memasuki satu tahun sekolah tersebut didirikan dan dioperasikan baru ditempatkan seorang Pejabat Sementara untuk administrasi kelengkapan sementara.
Seperti tahaun ajaran 2011/2012 siswa yang berjumlah 15 orang untuk tahun pertama yang seharusnya menerima lebih dari 10 bidang studi justru ditangani tiga orang guru. "Kadang, anak-anak ini pun mengeluh karena hanya ditugaskan mencatat buku bacaan," katanya.
Menutu A Manalu, saat ini posisi Ranggitgit yang sesungguhnya sangat strategis dengan daerah disekitarnya sangat mendukung. Seperti Desa Tornauli, Sisoding, Dolok Nauli, dan Simpang Tolu sangat strategis untuk bersekolah di Ranggitgit. "Tahun inikan, sudah ga mau lagi mereka datang kesini. Tidak ada guru, bagaimana mau belajar," ujarnya.
Menurut Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, tingkat SMP seharusnya mendapat jam belajar 32 jam pembelajaran per minggu. Sehingga warga sangat kecewa dengan kondisi ini. Dimana, siswa yang masuk tahun lalu, saat ini masuk kelas VIII. "Samalah gurunya nanti dengan guru waktu kelas satu, apa yang dapatnya nanti aklau seperti itu," ujar warga lainnya.
Warga mengatakan, pihaknya sudah mengeluhkan hal ini sejak awal. Karena menyekolahkan anak adalah untuk mendapatkan ilmu dan bisa membawa kemajuan bagi sang anak. Yang terjadi saat ini, justru anak-anak mereka jalan ditempat. Kekahwatiran semakin memuncak, ketika melihat anak-anaknya mengeluhkan kondisi pengajaran di sekolah. "Cuma mencatat nya kami disekolah," katanya menirukan keluahan anaknya yang kini sudah duduk di bangku kelas VIII.
Jadi, kerisauan semakin memuncak pada warga yang menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut. Warga mengharapkan, agar pemerintah memperhatikan mutu pendidikan. Bukan hanya menyediakan gedung dengan melemahkan posisi pendidikan di daerah itu. Sebab, sebelumnya siswa dari Ranggitgit bersekolah ke Desa Aekraja, sekolah swasta atau ke luar daerah.
"Kita juga senang dengan pembangunan kampung ini, anak-anak tidak lagi bangun pagi-pagi untuk menempuh 8 km ke Aekraja. Tapi jangan justru merusak mutu pendidikan putra-putri di kampung ini," ujarnya berharap dalam bahasa daerah.
Sayangnya, saat hal ini dikonfirmasikan kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Taput, Rudol M via seluler tidak menjawab panggilan wartawan. Saat dikonfirmasi dengan mengirimkan pesan singkat, juga tak kunjung mendapat balasan. Warga sangat mengharapkan adanya penambahan tenaga guru, berhubung telah adanya penambahan peserta didik. ###
Tidak ada komentar:
Posting Komentar