Seorang penambang batu permata menggali beberapa titik di suatu wilayah yang dinilai mengandung batu permata. Dengan susah payah ia menggali, dan terus menggali.
Di perjalanan penggalian ia menemukan beberapa bongkah batu, dikumpulkannya. Saat diasah ternyata tidak menjadi batu permata yang bernilai mahal. Itupun, karena saat diasah, bongkahan tadi tidak retak dan mau mengeluarkan pancaran warna-warni. Batu itupun jadinya berharga.
Si penambang merasa bangga dan belum puas sebelum menemukan batu permata sesungguhnya. Ia pun meneruskan menggali, setelah ratusan kali menemukan bongkahan, belum juga ditemukan bongkahan permata.
Suatu saat ia menemukan bongkahan yang berkilau, dan seketika ia bersorak kegirangan. Perlahan diangkatnya, dan dibersihkannya dari tanah yang membalutnya. Hanya saja, saat proses mengasah batu tadi, retak dan hancur. Tak berguna. Walau awalnya berkilau, justru tidak berguna karena tak bisa diasah dan dibentuk. Sipenambang tidak kecewa, sebab bongkah tadi ternyata bukan yang dia cari.
Dengan modal semangat dan kegigihan, ia meneruskan penggaliannya. Tak lama ia menemukan bongkahan yang salah satu sisinya kemilau. Seakan tidak percaya, dan takut akan tertipu akan penampilan lagi. Ia hanya menumpuk bongkahan tadi di tumpukan beberapa bongkahan batu biasa lainnya.
Lelah ia menggali dan menggali. Suatu sore hari, ia keluar dari lubang tanah tempatnya menggali batu permata. Ia kembali ke kemah yang dibangunnya tidak jauh dari pintu masuk terowongan penggalian.
Sembari menikmati segelas kopi hangat, matahari hampir terbenam. Ia termenanung, dan memandangi tumpukan bongkahan batu yang tidak diharapkannya itu. Hujan rintik-rintik membasahi permukaan bumi dan juga bongkahan batu yang digali dari perut bumi itu.
Harapannya, esok saat menggali ia akan menemukan apa yang ia cari. Ia pun menghabiskan malam untuk memulihkan tenaganya, terlelap diterangi lampu teplok yang digantungnya mengeluarkan cahaya buram malam setiap malam.
Dengan mata sebam, sang penambang bangkit dari atas selembar tikar usang tempat dia merebahkan tubuhnya semalaman. Mengangkan kedua tangannya dan menghirup udara pagi.
Pancaran sinar matahari di pagi itu menembus kemahnya, namun tidak berasal dari arah timur seperti biasanya. Ia pun serasa bermimpi. Dia mengucek matanya dengan kedua jari jempol tangannya. Dengan sedikit gerakan kaku, ia meraih salah satu sisi kemahnya.
Saat terbuka lebar, pancaran sinar itupun menerpa wajahnya dan membuatnya terkesiap. Ternyata sinar yang masuk ke kemahnya berasal dari tumpukan bongkahan batu galiannya.
Terkejut kepalang, ia pun bangkit walau tubuhnya yang tergolong sudah tua dan membungkuk itu sulit untuk ditegakkan. Ia mendekati tumpukan bongkahan batu dan mencoba mencari sumber pantulan sinar matahari pagi itu yang cerah.
Ternyata gerimis malam harinya mencuci bongkahan batu dari tanah yang masih menempel. Salah satu diantaranya, yang tadinya dia acuhkan karena takut tertipu, menjadi sumber pantulan cahaya.
Astaga! Betapa bahagianya sang penambang, ternyata ia telah menggali sebuah bonhkahan batu permata yang sangat indah dan siap dibentuk. Dengan sedikit goresan senyum kegirangan di wajahnya, ia mengangkat bongkahan itu.
Ia seakan tak percaya, dia pulang dan mengabarkan kepada sanak saudaranya. Semua memberi sambutan hangat. Karena nilai bongkahan itu sangat tinggi jika sudah diasah.
Si penambang akhirnya memutuskan untuk berhenti menggali dan mengasah batu permata yang sangat indah itu. Namun karena masih bongkahan, belum memiliki arti. Ia harus mengasah dan membentuknya.
Hanya saja, tak semua bongkahan batu permata bisa diasah dan menjadi batu permata yang mahal. Itu tergantung kandungan batu permata yang lentur dan bisa dibentuk. Suatu saat, bongkahan besar yang memantulkan sinar matahari dengan indah itu akan hanya pelengkap persiasan lainnya. Jika tidak bisa dibentuk dengan baik. Tidak akan pernah bisa menjadi perhiasan, melainkan hanya kerikil yang akan terbuang dan. Dipijak orang di tepi jalan.
Saat bongkahan batu yang sesungguhnya tidak memiliki nilai, akan bernilai tinggi ketika diasah dan memancarkan nilai yang lain, nilai yang baru dan memberikan sebuah arti. Itupun akan dipajang di tempat yang bisa dipandang orang, untuk menyejukkan dan menambah kesan elegan.####
Sent from my AXIS Worry Free BlackBerry® smartphone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar