Peringatan Hari Internasional Penyandang Cacat (HIPENCA) Provsu Tahun 2010
* Pemerintah Diharapkan Lebih Serius Membina SDM Penyandang Cacat
MEDAN, Ketua DPD Persatuan Penyandang Cacat Indonesia Sumatera Utara Sir John Caniago meminta pemerintah dapat lebih serius dalam membina penyandang cacat khususnya di bidang SDM (Sumber Daya Manusia) sehingga mampu berkompetisi dalam bekerja. "Misalnya dalam memberikan pelatihan-pelatihan. Memang selama ini ada pelatihan bagi penyandang cacat tapi kalau manusianya mencapai 40 ribu orang dan daya tampungnya hanya mencapai 100 orang, kapan siapnya?" katanya di kantor Gubernur saat mengahdiri Peringatan Hari Internasional Penyandang Cacat (HIPENCA) Provsu Tahun 2010, Kamis (9/12).
"Jadi lebih seriuslah pemerintah, sehingga jika mereka turun ke lapangan sudah siap pakai sesuai bidang pekerjaannya," kata Sirjohn Caniago, Kamis (9/12).
Sesuai UU No.4 tahun 1997, setiap perusahaan BUMN/pemerintah wajib menerima 1 orang penyandang cacat. Jika tidak akan terkena pidana 6 bulan kurungan dan denda Rp 200 juta. "Ini belum kami laksanakan, dan dalam waktu dekat kami akan melaksanakan itu, bahwa penyandang anak-anak cacat mampu berkompetisi, mulai dari bidang elektronik, menjahit dan lain-lain," kata Sirjohn.
Dia meminta agar masyarakat jangan salah persepsi bahwa penyandang cacat itu adalah orang sakit. "Penyandang cacat bukan orang sakit, cuma kekurangan anggota tubuh. Kita berharap penyandang cacat dapat disetarakan dalam bekerja. Kalau memang dia mampu berilah kesempatan kepada mereka," katanya.
Menurut dia, anggota yang hadir dalam Peringatan Hari Internasional Penyandang Cacat (HIPENCA) Provsu Tahun 2010 hari itu mencapai 800 orang dari jumlah anggota seluruhnya mencapai 118.887 orang di Sumut.
Dalam kesempatan itu, pemerintah memberikan 42 unit kursi roda 42, 38 tongkat, 2 mesin jahit, alat bantu dengar 39 unit, serta bantuan modal usaha Rp 2 juta/kelompok. "Yang dapat tadi hanya dua kelompok," katanya. Para penyandang cacat juga diberi kesempatan untuk melakukan pemeriksaan gratis, yang diselenggarakan di Aula Martabe lantai dua kantor Gubernur Sumatera Utara.
Humas DPD PPCI Sumatera Utara, Sahat B Silitonga juga menyampaikan harapan yang sama dengan ketuanya. Dia berharap, pemerintah memperhatikan penyandang cacat jangan hanya sekedar melakukan ritual sebagaimana dilaksanakan selama ini.
"Kami itu tidak sakit, kami bisa melakukan sebagaimana manusia yang anggota tubuhnya lengkap," katanya sambil menepuk dadanya. Ia juga mengatakan bahwa penyandang cacat sering dianggap sebagai orang sakit, padahal seperti yang dia sampaikan mereka bukanlah sakit.
"Jadi lebih seriuslah pemerintah, sehingga jika mereka turun ke lapangan sudah siap pakai sesuai bidang pekerjaannya," kata Sirjohn Caniago, Kamis (9/12).
Sesuai UU No.4 tahun 1997, setiap perusahaan BUMN/pemerintah wajib menerima 1 orang penyandang cacat. Jika tidak akan terkena pidana 6 bulan kurungan dan denda Rp 200 juta. "Ini belum kami laksanakan, dan dalam waktu dekat kami akan melaksanakan itu, bahwa penyandang anak-anak cacat mampu berkompetisi, mulai dari bidang elektronik, menjahit dan lain-lain," kata Sirjohn.
Dia meminta agar masyarakat jangan salah persepsi bahwa penyandang cacat itu adalah orang sakit. "Penyandang cacat bukan orang sakit, cuma kekurangan anggota tubuh. Kita berharap penyandang cacat dapat disetarakan dalam bekerja. Kalau memang dia mampu berilah kesempatan kepada mereka," katanya.
Menurut dia, anggota yang hadir dalam Peringatan Hari Internasional Penyandang Cacat (HIPENCA) Provsu Tahun 2010 hari itu mencapai 800 orang dari jumlah anggota seluruhnya mencapai 118.887 orang di Sumut.
Dalam kesempatan itu, pemerintah memberikan 42 unit kursi roda 42, 38 tongkat, 2 mesin jahit, alat bantu dengar 39 unit, serta bantuan modal usaha Rp 2 juta/kelompok. "Yang dapat tadi hanya dua kelompok," katanya. Para penyandang cacat juga diberi kesempatan untuk melakukan pemeriksaan gratis, yang diselenggarakan di Aula Martabe lantai dua kantor Gubernur Sumatera Utara.
Humas DPD PPCI Sumatera Utara, Sahat B Silitonga juga menyampaikan harapan yang sama dengan ketuanya. Dia berharap, pemerintah memperhatikan penyandang cacat jangan hanya sekedar melakukan ritual sebagaimana dilaksanakan selama ini.
"Kami itu tidak sakit, kami bisa melakukan sebagaimana manusia yang anggota tubuhnya lengkap," katanya sambil menepuk dadanya. Ia juga mengatakan bahwa penyandang cacat sering dianggap sebagai orang sakit, padahal seperti yang dia sampaikan mereka bukanlah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar